Posts

Showing posts from October, 2017

Perkaderan HMI Dalam Teori Relativitas Albert Einstein

Salah satu dorongan membahas judul dalam tulisan ini, selain diminta oleh Cecep Jaenuddin, pengurus KPC YK 2017-2018, tidak lepas dari sedikit banyaknya fenomena kader yang berkesimpulan bahwa perkaderan di tubuh HMI tidak mampu menjawab keinginan mereka ikut dalam organisasi yang didirikan Lafran Pane dkk ini. Tentu pemahaman seperti ini tidak dapat dikatakan memiliki kebenaran, tapi juga tidak masalah dipertanyakan. Meminjam kalimat Luis O. Kattsof bahwa “filsafat tidak membuat roti”, perkaderan HMI pun demikian. Hal ini dikarenakan perkaderan tidak pernah secara spesifik menjelaskan tentang bagaimana menjadikan kader-kadernya menjadi seorang politikus, pengusaha, pemikir Islam dan lain sebagainya. Perkaderan hanya bertujuan menjadikan mahasiswa Islam sebagai insan Ulil Albab, yang dikualifikasi jadi 4 bagian: Mu’abid, Mujahid, Mujtahid dan Mujadid. Meski “perkaderan tidak membuat roti”, dengan skema perkaderannya, HMI dapat mengantarkan pada suatu pemahaman dan tindakan tercapai

Atheis dan Legenda Si Nyai: Surat Undangan Menjadi Pemateri

Image
Sebut saja si atheis dalam cerita ini adalah A. Tentu bukan nama sebenarnya. Bukan lantaran ingin menjadikan tokoh A dalam cerita ini sebagai sosok misterius, selain dia memang teramat aneh. Hanya ingin menjaga martabat A saja. Martabat yang mana, walaupun A tetap berkeyakinan bahwa Tuhan tidak ada, tapi keberatheisan A masih bisa disyubhatkan kejelasannya. “Walaupun tiap hari kau bilang telah atheis, tapi aku memiliki kecenderung kalau keatheisanmu tidak konsisten,” kataku satu hari, kala aku meragukan keatheisan A sembari ditemani secangkir kopi hitam yang aduhai nikmatnya. “Kok bisa, loh? Harus berapa kali aku meyakinimu kalau aku ini memang atheis? Tuhan benar-benar tidak ada. 100% aku sudah yakin kalau Tuhan itu tidak ada, seyakin-yakinnya Engkoh Felix Siauw dengan konsep khilafahnya,” jawab A yang merasa tersinggung karena kadar keimanannya terhadap ketiadaan Tuhan kuragukan kosistensinya. “Kalau kau benar atheis yang konsisten, kenapa kau masih mencantumkan agama s

Satu Paragraf: Robert, Kucingku

Image
Namanya Robert. Jantan. Aku mengadopsinya sejak ia berumur 3 bulan, sekaligus menjadi walinya. Meski punya warna 3 alias belang telon (hitam, putih dan orange) Robert tidak pernah sumbawa dan sampai mengaku sebagai raja kucing. Robert, tidak punya watak seperti itu. Robert itu kucing yang baik, jujur, sopan dan tidak nakal seperti kucing lain. Robert itu kucing yang penurut, penyayang dan sangat amanah. Meski tidak bisa juga dikatakan sebagai kucing tampan, selain karena aku masih agak waras, kurang bertanggung jawab dan sedikit pemalas, tapi teruntuk kesetian jangan ditanya. Malaikat juga tahu siapa juaranya: Robert. Saat ini Robert sudah memasuki umur 10 bulan. Dan 2 bulan lagi Robert akan berulang tahun. Aku bingung mau ngasih kado atau hadiah apa. Kawan sekomunitas pencinta kucing menyarankan agar Robert diperkenalkan dengan kucing betina dan langsung ditunangkan, sebagai kado ulang tahnnya. Sebagai walinya, aku sih mau-mau saja. Terlebih, sebentar lagi Robert akan memasuki masa

Emansipasi: Kedudukan Wanita dan Laki-Laki

Image
“ Laki-laki adalah langit, wanita adalah bumi. Laki-laki adalah keagungan, wanita adalah keindahan. Keindahan laki-laki terletak pada akalnya, sedangkan akal wanita terletak pada keindahannya .” Abd Gofur. Adalah Maryam, istri dari salah satu sepupu saya itu, dengan memakai akun facebook bernama Mary Juan, membuat postingan status baru: “ Siapa bilang wanita sudah merdeka? Mereka belum-lah merdeka. Mereka masih belum bisa mengeluarkan dan diterima pendapatnya .” Tulisnya.  Membaca postingan tersebut saya tertarik untuk mengomentari: “Sejenis meminta emansipasi kayak Kartini? ” Dan dibalas dengan singkat oleh Maryam: “Yups, biar suara wanita tidak diabaikan.” Membicarakan perihal emansipasi, yang salah satunya adalah suatu proses penyadaran kebebasan persamaan hak kaum wanita terhadap kaum laki-laki haruslah setara, yang mana sampai saat ini masih begitu kuatnya budaya patriarki, atau sebuah sistem sosial yang menempatkan kaum laki-laki sebagai sosok oto

Satu Paragraf: Wanita dalam Dekapan Imajinasi

Aku telah memilikinya. Poros ruang dan waktu yang dahulu menjadi penghalang dan pemisah antara harapanku dan impiannya, kini berhasil aku lululantakkan. Ini kekuatan imajinasi. kami telah menyatu menjadi kesatuan dalam bingkai cinta. Tidak ada lagi kata keakuan diantara kami. Tidak ada lagi kalimat aku yang mencinta dan dia yang kucinta. Cinta telah mewujud dan mengikat kami dan melepaskan aku dan dia menjadi satu. Gemuru suara ombak pantai dan burung camar yang beterbangan di atasnya, tidak lagi kuhiraukan. Senja juga tidak lagi kupedulikan kehadirannya. Tidak seperti dulu. Juga tidak seperti mereka, menanti kehadirannya di ufuk barat. Sepintas, kulihat aktivitas lalu lalang manusia datang dan pergi menggunakan pakaian serba terbuka dan seksi. Mereka tenggelam dalam kegiatan mereka tanpa memperdulikan yang lain. Ekspresi mereka nampak menerangkan kebahagiaan. Kuamati kegiatan mereka secara seksama, sembari membayangkan keadaan hari mendatang. Dapatkah mereka bertahan dengan keadaan

Sekilas Sejarah Penyusunan/Kelahiran Khittah Perjuangan HMI

Image
Ditulis Oleh:  M. Chaeron AR (Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta Periode 1985-1986) Khittah Perjuangan HMI adalah sistem penjelasan HMI mengenai landasan gerak, tujuan, dan sikap hidup dalam rangka asas dan tujuan organisasi, yang disusun secara utuh, konsisten dan integreted. Khittah HMI disebut juga sebagai kerangka ideologi HMI yang berisi Tafsir Asas, Tafsir Tujuan dan Tafsir Independensi HMI yang disusun sebagai satu kesatuan yang utuh (integreted), yang mana tafsir yang satu adalah dalam rangka dan saling berkaitan dengan yang lainnya. Khittah Perjuangan HMI dimaksudkan sebagai alat penyebut, simbol dan indikator perjuangan (garis juang) yang menjadi landasan gerak HMI secara keseluruhan, yang diharapkan memungkinkan terjadinya titik temu (persinggungan, untuk mendekatkan) antara perkaderan dan perjuangan (amar ma'ruf - nahi munkar) HMI dengan perjuangan ummat Islam pada umumnya. Sehingga, dengan demikian diharapkan, meskipun ada sekat-sekat yang mewa

Haruki Murakami: Poros Waktu

Image
KAU MERASAKAN KEHADIRANNYA. Lantas kau buka matamu. Gelap sekali. Angka-angka pada jam yang terletak di samping tempat tidurmu menunjukkan pukul dua belas lewat. Pastinya kau sudah tertidur. Dalam cahaya redup yang berasal dari lampu taman, kau melihatnya duduk di sana. Seperti biasa, dia duduk di meja seraya memandang lukisan di dinding. Tidak bergerak, kepalanya bertumpu pada tangannya. Sementara kau berbaring di tempat tidur seperti sebelumnya, berusaha keras untuk tidak bernafas, matamu setengah terpejam, menatap bayangannya. Di luar jendela, angin yang bertiup dari laut menggoyangkan ranting-ranting pohon dogwood. Setelah beberapa waktu, kau merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang mengganggu keharmonisan yang ada dalam dunia kecil itu. Kau berusaha melihat dalam keremangan. Apakah itu? Tiupan angin agak kencang, darah yang mengalir dalam pembuluh darahmu terasa kental dan berat. Ranting-ranting pohon dogwood menggambarkan jalinan ketegangan pada bingkai jende

Apa Itu Filsafat?

Image
Apa itu Filsafat? Luis O. Kattsoff (2004) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Filsafat” menerangkan bahwa filsafat “tidak membuat roti”. Ucapan ini sepenuhnya benar. Hal tersebut dikarenakan,  filsafat tidak memberi petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, dan juga tidak melukiskan bagaimana cara-cara baru untuk membuat bom atom. Jika di antara kita berkeinginan mendapatkan jawaban terakhir (mutlak) yang ada di dalam persolan hidup yang ada di dalam kajian filsafat, yakni jawaban yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka kita hanya akan kecewa dan bersedih hati. Meskipun demikian, filsafat “tidak membuat roti”, filsafat membawa kita pada suatu pemahaman dan tindakan. Pemahaman dan tindakan melalui bagaimana kita menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda-noda tepungnya, menambahkan jumlah bumbunya, dan mengangkat roti itu dari tungku pada waktu yang tepat. Sehingga secara sederhana, tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan