Salah Apa Jadi Mahasiwa Tua?
Entah harus darimana pula tulisan ini kumulai. Bukan karena saya tidak punya dasar yang kuat untuk memulainya, tapi ya gitu.. saat tulisan ini ditulis dan bahkan sampai dipublis, pasti celutakan tak senonoh seperti orang yang tak pernah ngaji kitab Kuning Ta’lim Muta’alim itu akan nyelutuk heboh dan tak mau kalah dari celetukan burung beo: “Itu hanya tulisan pembelaan aja. Kalau tua, ya tua. Apa enggak pengen cepet lulus apa? Menuh-menuhin kursi kelas aja.” Celutukan seperti itu mah tidak apa meski sedikit panas-dingin didengar. Toh, ada pula celetukan yang lebih parah dan tidak terukur lagi takaran naudzubillah min dzalik nya. Setidaknya itu yang pernah saya dengar di curhatan grup sesama kawan seperjuangan mahasiswa tua. Katanya, “Mbok yo Abang cepet wisuda. Enggak hanya otak yang butuh nutrisi, Bang. ‘Bawahnya’ itu juga butuh.” Nyesek enggak? Jangankan Abang yang mahasiwa tua ini, Abang yang hanya beda satu tingkat di atas kalian pun nyesek dengernya juga bakal bingung mau ja...