Satu Paragraf: Lis. Hanya 3 Huruf.
Lis. Itulah
nama yang biasa kulekatkan kepadanya. Hanya tiga huruf. Tidak panjang tapi juga
tidak sederhana, dan aku telah dibuat jatuh cinta pada pemilik nama itu. Jujur,
ada rasa tidak percaya diri yang mengendap begitu kuat saat aku mulai ingin mendekatinya
kembali. Bayangan masa lalu saat gagal menyulam benang kasih dengannya, masih tampak
merinai saat aku mulai berusaha mendekatinya lagi. Rasa tidak percaya diri
itupun kemudian menggeliat hebat. Lantas kekakuan dan rasa tidak pantas,
mengoyak-habis dan membuatku didekap habis oleh keragu-raguan untuk kembali
mereka-reka hatinya. Adakalanya hati ini ingin menjemputnya. Seperti hati ingin
bersuap rasa sapa tentang betapa pengapnya cinta yang kian lama kian menggerogoti
ini. Tapi saat pengap hendak meluap, akal tak menghendaki. Kenapa? batinku
bertanya. Apa akal hendak mencoba realistis daripada kehendak hati? Ya,
kehendak hati memang menawarkan harapan, menggambar impian, memberi tujuan yang
berpijak dari angan, dan tentang betapa bahagianya bila kelak hati ini jika mampu
menjemput seonggok hati berbentuk cinta darinya. Tapi lagi-lagi akal datang dan
melerainya, dan protes: “Siapa kau yang berani jatuh cinta padanya?” Ya, siapa
aku yang berani jatuh cinta padanya. Toh, tidak ada yang bisa kubanggakan
sebagai laki-laki, kan? Aku hanya punya satu hal sebagaimana laki-laki pada
umumnya. Lain, tidak. Itulah kenapa aku merasa bahwa sejak awal telah salah
ikut terlibat dalam permainan rasa ini. Harusnya, aku lebih memawas diri dan
memilih untuk rasional. Terlebih, bila aku melihat pemuda-pemuda yang pernah
mendekatinya dan gagal…. Selesai. Habis boker!
Comments
Post a Comment