Aku ber-Konstitusi, maka Aku ber-HMI
Tak elok rasanya kalau mendaku berislam tapi tak ber-Muhammad SWA, ber-Indonesia tapi tak ber-Pancasila, berpujangga tapi tak bersyair, dan tak ber ber lainnya. Begitu pun dengan HMI. Mendaku ber-HMI tapi tak berkonstitusi, meminjam sebait lagunya Inul Daratista, bagai sayur tanpa garam. Hambyar, enggak enak, dan omong kosong. Jika kita pernah dengar nama Rene Descartes, filosof yang dianggap masyhur di abad modern ini pernah menyusun dikotomi: Res extensa (yang berpikir) dan res cogitans (yang dipikirkan) lewat diktum terkenalnya: Cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada), maka dalam konteks HMI kita akan temukan diktum: Aku berkonstitusi, maka aku berHMI. Kenapa demikian? Karena keber-HMI-an kita bergantung bagaimana kita memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai Konstitusi itu ke dalam diri kita. Baik itu secara individu maupun organisasi. Kita tak boleh begini, kita harus begitu. Kita harus membayar uang pangkal, tak boleh tidak. Kita harus punya peranan terhad...