Apa Itu Filsafat?
Apa itu Filsafat?
Luis
O. Kattsoff (2004) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Filsafat” menerangkan
bahwa filsafat “tidak membuat roti”. Ucapan ini sepenuhnya benar. Hal tersebut
dikarenakan, filsafat tidak memberi
petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, dan juga tidak
melukiskan bagaimana cara-cara baru untuk membuat bom atom. Jika di antara kita
berkeinginan mendapatkan jawaban terakhir (mutlak) yang ada di dalam persolan hidup
yang ada di dalam kajian filsafat, yakni jawaban yang disepakati oleh semua
filsuf sebagai hal yang benar, maka kita hanya akan kecewa dan bersedih hati.
Meskipun
demikian, filsafat “tidak membuat roti”, filsafat membawa kita pada suatu
pemahaman dan tindakan. Pemahaman dan tindakan melalui bagaimana kita
menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda-noda tepungnya, menambahkan jumlah
bumbunya, dan mengangkat roti itu dari tungku pada waktu yang tepat. Sehingga
secara sederhana, tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan sebanyak
mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu ke dalam bentuk yang
sistematis. Yang menunjukkan arti bahwa, filsafat akan menghantar kita kepada
pemahaman, dan pemahaman akan membawa kita pada tindakan yang lebih layak.
Kata
filsafat sendiri, secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani (philosophos) yang berarti “ Cinta akan
hikmah” atau “Cinta akan pengetahuan”. Jadi, memaknai filsafat secara
etimologi, pengertian seorang filsuf adalah seorang pencinta, pencari (Philos) hikmah atau pengetahuan (Sophia). Kata philosophos diciptakan untuk menekankan pada sesuatu, yakni pada
abad di Yunani Kuno yang mana kala itu itu kaum sophis berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan
dengan orientasi kemenangan. Bukan untuk kebijaksanaan dari hikmah pengetahuan
itu sendiri.
Setidaknya
ada tiga hal yang mendorong mengapa manusia itu berfilsafat, dan bisa dikatakan
filsuf. Yakni, keheranan, kesangsian, dan kesadaran keterbatasan atau lemah.
Keheranan.
Banyak filsuf yang menunjukkan rasa heran sebagai asal muasal dari filsafat.
Misalnya Plato (428-348 SM), yang mengatakan: “Mata kita memberi pengamatan
bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini mendorong untuk
menyelidiki, dan dari penyelidikan ini adalah ujung pangkal dari filsafat.”
Kesangsian. Filsuf
lainnya, seperti Rene Descartes (1596-1650 M), menunjuk kesangsian sebagai
sumber utama dalam pemikiran filsafat. Manusia heran, kemudian ia ragu-ragu.
Ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya kalau ia heran? Apakah
kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana kita dapat menemukan
kepastian? Di tengah dunia ini yang penuh dengan macam-macam pendapat,
keyakinan, dan interpretasi. Sikap seperti ini kemudian dikenal dengan sikap
skeptis.
Diktum
terkenal dari sikap ini, skeptinisme, adalah Cogito Ergo Sum (aku berfikir, maka aku ada), yang disusun oleh
Rene Descartes lewat dikotomi: res
extensa (yang berpikir) dan res
cogitas (yang dipikirkan).
Kesadaran keterbatasan.
Filsuf-filsuf lainnya lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat, adalah
ketika ia menyadari betapa kecil dan lemahnya dirinya bila dibanding dengan
alam semesta di sekelilingnya. Semakin manusia tepukau oleh ketakterhinggaan,
semakin ia heran akan eksistensinya.
Seperti, kalau dunia dan
hidup kita kelihatan tidak berarti dalam keadaan-keadaan tertentu –misalnya
kalau di antara kita harus menghadapi kematian seseorang yang tercinta, kalau
kita bersalah, kalau kita menderita-, maka di antara kita merasa terdorong
untuk menarik kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang mengatasi keterbatasan
kita. Yakni, ketakterhinggaan yang “membatasi” segala sesuatu yang lain.
Apa yang Menjadi
Objek dalam Filsafar?
Isi dala kajian filsafat ditentukan oleh
objek yang dipikirkan. Ada dua objek apa yang menjadi diskursus dalam kajian
filsafat. Dua objek dalam filsafat itu di antaranya:
a. Objek Material
Objek material filsafat adalah segala
yang ada dan yan mungkin ada. Jadi objek material itu luas sekali dan tidak
terbatas. Objek material antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan) sama,
yaitu sama-sama menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal
yang membedakan di antaranya, yakni:
· Sains menyelidiki objek material yang
empiris. Sedangkan filsafat, selain objek materil, menyelidiki bagian yang
abstrak.
· Objek material filsafat yang memang tidak
dapat diteliti oleh sains seperti tuhan, hari akhir -hal-hal yang tidak
empiris). Jadi objek material filsafat lebih luas daripada sains.
b. Objek Formal (sikap penyelidikan)
Objek formal filsafat adalah
penyelidikan yang mendalam atau ingin mengetahui bagian dalamnya. Kata mendalam
artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Objek ini hanya dimiliki
oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek formal. Objek sains hanya
terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja. Jika sains tidak
dapat menyelidiki, maka akan terhenti sampai disitu. Tetapi filsafat tidaklah
demikian, filsafat akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan
sampai akar-akarnya.
Apa Saja
Cabang-Cabang Filsafat?
a. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang dari ilmu
filsafat tentang bagaimana, dasar-dasar dan batasan-batasan pengetahuan. Lebih
spesifiknya epistemologi membahas tentang bagaimana kebenaran didapatkan oleh
manusia, yang dalam hai ini adalah cara menangkap keberadaan sesuatu dan
mengetahui adanya. Ada banyak aliran dalam epistemologi, empat di antaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Empirisme
Empirisme berpendirian bahwa semua
pengetahuan diperoleh melalui indra. Indra memperoleh kesan-kesan nyata.
Kemudian, kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi
pengalaman. Pengetahuam yang berupa pengalaman terdiri atas penyusunan dan
pengaturan kesan-kesan yang bermacam-macam. Dari segi hakikat pengetahuan
empirisme berpendirian bahwa pengetahuan berupa pengalaman. (Sudaryanto, 2013)
2. Rasionalisme
Sumber pengetahuan menurut
rasionalisme adalah akal. Akal memperoleh bahan melalui indra. Bahan itu kemudian
diolah oleh akal menjadi pengetahuan. Rasionalisme mendasarkan pada metode
deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian melalui langkah-langkah metodis yang
berttik tolak dari hal-hal yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan yang
bersifat khusus.
3.
Intuisionisme
Intusionalisme adalah suatu aliran
atau paham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber
pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berpikir yang
tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak
didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan
perasaan. Tokoh aliran intusionalisme, antara lain: Plotinos (205 -270) dan
Henri Bergson (1859 -1994).
4.
Positivisme
Positivisme berpendirian bahwa
kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apapun
yang berada diluar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. Manusia harus
menaruh perhatian pada dunia ini. Filsafat positivisme berpandangan bahwa semua
fenomena tunduk terhada hukum alam yang sama. Urusan kita adalah mengupayakan
suatu penemuan akurat atas hukum-hukum itu.
b. Ontologi
Ontologi merupakan cabang teori yang
membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Apa sebenarnya hakikat dan sesuatu yang
ada itu? Ada empat aliran filsafat yang mencoba memberikan jawaban atas persoalan
tersebut, yaitu :
1. Materialisme
Materialisme adalah suatu airan dalam
filsafat yang pandanganya bertitik pada meteri (benda). Materialism modern
mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa ada (mains). Materi itu primer dan
ide/pemikiran terletak pada sekundernya. Jadi, materialisme beranggapan bahwa
hakikat benda adalah benda itu sendiri.
2. Idealisme
Kata idealisme ditentukan oleh arti
biasa dari kata ide. Ringkasnya, idelalisme mengatakan bahwa realitas terdiri
dari atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal, atau jiwa, bukan benda (materi). Idealisme
menerangkan bahwa jiwa sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi. Dengan
demikian, idealisme beranggapan bahwa hakikat benda-benda yang ada itu adalah
ide atau akal jiwa bukan materi.
3. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba
memadukan antara dua faham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dengan
idealisme. Dualisme mengatakan bahwa baik materi maupun ruh sama-sama hakikat.
Materi muncul bukan karena adanya ruh, begtu pula ruh muncul bukan karena
materi. Tetapi, dualisme juga masih mempunyai masalah yaitu tentang hubungan
antara materi dan ruh, bagaimana bisa terjadi keselarasan antara materi dengan
ruh atau ide.
4. Agnotraisme
Agnotraisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia
tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Manusia tidak
mungkin mengetahui apa hakikat batu, air, api dan lain sebagainya. Sebab menurut
faham ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat
sesuatu yang ada, baik oleh indera maupun pikirannya.
c. Aksiologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia
diterjemahkan bahwa makna dari aksiologi, adalah kegunaan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia atau kajian tentang nilai khususnya etika. Lebih
spesifik makna dari aksiologi adalah tentang nilai dari adanya sesuatu
tersebut. Aksiologi sendiri terdiri dari 2 cabang ilmu lain yaitu; estetika dan
etika.
1. Etika
Etika merupakan
penyelidikan filsafat mengenai kewajiban manusia serta tingkah laku manusia
dilihat dari sisi baik dan buruknya tingkah laku tersebut. Atas dasar hak apa
orang menuntut kita unutk tunduk terhadap norma-norama yang berupa ketentuan,
kewajiban, larangan dan lain sebagainya. Bagimana kita bisa menilai norma
tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebuat timbul karena hidup kita seakan-akan
terentang dalam suatu jaringan norma-norma. Jaringan itu seolah-olah
membelenggu kita, mencegah kita bertindak sesuai keinginan kita dan memaksa
kita berbuat apa yang sebenarnya kita
benci.
2. Estetika
Setetika membahas/membicarakan soal
nilai rendah dan tidak rendah. Nilai baik dan buruk sering diterpkan orang
kepada perbuatan atau tindakan menusia, sedangkan nilai rendah da tidak rendah
lebih cenderung unutk diterapkan kepada soal seni. Estetika berusaha untuk
menemukan nilai yang indah secara umum sehingga tidak mustahil kalau akhirnya
timbul beberapa teori yang membicarakan hal itu.
Comments
Post a Comment