Habis Dian Sastro Terbitlah Raisa.
Raisa hadir di waktu yang tepat, tidak
hanya tepat waktu. Kedatangan Raisa sebagai selebtritis di dunia industri musik
Indonesia bak sebuah perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang
menghantarkan para jomblo-jomblo menuju pintu gerbang khayalan asmara baru,
dengan selamat sentosa dan bahagia. Merdeka.
Atau kita ubah kata jomblo dengan sebutan
tuna asmara, ya? Kata jomblo selau punya kesan dan stigma negatif di sosial
media.
Iya, tuna asmara saja. Hal itu mengingatkan
dan mendasari bahwa sesungguhnya para jomblo di tanah air ini juga punya hak yang sama atas
segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan kesan dan stigma negatif bagi para
jomblo harus dihapuskan. Hal itu tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri
keadilan, dan diganti tuna asmara.
Tidak seperti lagunya yang menerjebakkan
para kaum gagal move on dalam sebuah ruang nostalgia, bagi tuna asmara kehadiran Raisa adalah pembuka horison untuk melepaskan mimpi buruk yang amat
gelap pada titik terang, dan menjawab kegalauan para tuna asmara dalam pekikan
lagu "Apalah Arti Menunggu", dengan sebuah "Firasat"
kehadiran sosok pengganti dalam genjutsu "Mantan Terindah", yang mana sebelumnya membuat para tuna asmara merasa "Serba Salah", dan kemudian kehadiran Raisa menawarkan "Kali Kedua".
Sama seperti kehadiran Rene Descartes yang
membawa pencerahan bagi abad kegelapan di Eropa, Renaisans, setelah
bertahun-tahun, mungkin begitulah kira-kira kehadiran Raisa di mata tuna asmara
Indonesia jika dicoba untuk disamakan, atau dipaksa disamakan.
Jauh waktu sebelum munculnya Raisa, para
tuna asmara di negeri ini telah bermufakat menjadikan Dian Sastro sebagai The
Best of Woman In Indonesia. Hal ini memang patut dimaklumi dan dianggap wajar. Sosok wanita yang memainkan peran sebagai Kartini ini memiliki kesemua
aspek kenapa harus dicinta kaum adam dan dijadikan wanita terbaik. Bahkan
kepesonaan dari wanita yang pintar bikin puisi dan ketua mading ini, mampu
membuat Si Rangga yang tampan dan coll, menjomblo selama berada di New York. Maka pesona mana lagi yang tuna
asmara dustakan?
Bukan hanya para tuna asmara yang mengamani
maklumat tersebut, kesemua lelaki yang menatap kepesonaanya seolah ingin
mencari dan mendapati bentuk kerestuan Allah untuk meminangnya dengan ucapan
Bismillah. Jelas tidak anomali kan, kalau para tuna asmara memberikan predikat
seperti itu kepada Dian Sastro: The Best of Waman In Indonesia?
Sosok yang melejit melalui film "Ada
Apa Dengan Cinta" ini, sukses membuat para tuna-tuna asmara dibawa ke
dalam lamunan tertinggi menuju ke nirwana, bertemu dan mendapati sajak-sajak
atau syair-syair melankolis dalam tenunan mozaik-mozaik langit yang indah. Dia-lah alegori kehidupan bagi para tuna asmara dalam bingkai konsep kesyukuran
untuk mengarungi kompleksitas kehidupan tak berperi, sebelum mereka sadar bahwa
hidup ini memang tak berperi dan terjatuh disleding takel oleh Indraguna
Sutomo.
Para tuna asmara yang disleding tekel dan mendapati
kabar pernikahan Dian Sastro dan Indraguna Sutomo, muntab, menangis,
merintih, meringis, dan murtad dari tuna asmara syari'ahnya. Lalu terjebak
dalam genjutsu absolut iblis yang gelap.
"Habis Gelap Terbitlah Terang",
mungkin wejangan revolusioner dari bangsawati Jepara ini, R.A. Kartini,
merupakan kalimat yang pas untuk mendeksripsikan tentang datangnya Raisa
sebagai kabar gembira pada para tuna asmara di negeri ini yang dilanda kegamangan
dan kegalauan selama berpurnama-nama setelah ditinggal nikah oleh Dian Sastro, dan juga mengalami banyak cobaan oleh nama-nama artis lainnya.
Sebelum setelah ditinggal Dian Sastro,
para tuna asmara yang menetapkan dirinya berafilisasi kepada keindahan platonis
ini, memang mendapati sosok wanita lain sebagai protetipe pengganti Dian
Sastro. Seperti Alisya Soebandono, dan kemudian Revalina S. Temat.
Tapi, bagai petir yang menyambar di siang
bolong, tatkala tuna-tuna asmara sedang asik-asiknya menyahdui pemilik lesung
pipit satu ini, Alisya Soebandono, seperti masuk dan membelah atmosfir berlapis-lapis, meluncur
bersama paus akrobati dan ngebut ke rasi bintang paling romantis, akhirnya juga
terjatuh sebelum berlabuh. Karena secara drastis tanpa ada babibu dan bubiba,
Dude Herlino datang menyela para tuna asmara ditengah asik-asiknya berkhayal
dengan meminang Alisya Soebandono yang juga tak kalah romantis.
Tak ingin menyerah terhadap kenyataan,
seperti Cu Pat Kai kepada Chang'e yang menemukan roda waktu, para tuna asmara
mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya. Memang terbilang berat, apalagi
kala itu video klip dari musik di negeri ini yang lagi ngetren-ngtrennya adalah
"Cinta Ini Membunuhku", D'masiv. Tapi, karena D'masiv masih punya
single lainnya, "Sudahi Perih Ini", akhirnya para tuna asmara bisa keluar
dari zona gelapnya dan menemukan secercah terang dari Revalina S. Temat.
Kehadiran Revalina S. Temat sebagai ikon
wanita perjuangan pengganti selanjutnya untuk para tuna asmara, juga tidak
bertahan lama. Wanita kelahiran Ibu kota Jakarta yang pernah menjadi
pemeran sebagai bawang putih ini, selain memiliki kelembutan jika dipandang,
dan juga punya senyum adem yang bisa meredakan panasnya perpolitikan, tapi
sebagaimana bawang putih yang juga menyengat, membuat para tuna asmara ketika
mendapati kabar kalau dia menerima persuntingan dari Rendy Aditya Gunaman
menyanyi lagu lainnya dari D'masiv: Apa salahku. Kau buat begini? Kau tarik
ulur hatiku. Hingga sakit yang kurasa.
Sekali lagi. Bukan Ibu Kita Kartini yang sejati, mulia dan harum namanya jika semboyan "Habis Gelap Terbitlah Terang" tak memiliki nuansa semangat bagi para tuna asmara. Semboyon itu telah masuk ke dalam denyut-denyut nadi penghidupan setiap para tuna asmara. Sebuah semboyon yang memiliki arti setera dengan pekikan semangat "Merdeka atau Mati". Sebuah semboyan bahwa di setiap masa sulit pasti akan hadir masa kebahagiaan yang menyertai, tidak terkecuali bagi para tuna asmara. Lantas siapa selanjutnya?
Disinilah mungkin forum yang agak cukup berat dan pelik dalam mentukan kata mufakat tentang siapa wanita selanjutnya yang menggantikan Dian Sastro dan wanita lain setelahnya, karena di persidangan Musyawarah Nasional para tuna asmara se-Indonesia ini memunculkan nama lain selain Raisa. Yakni Chelsea Islan. Sangat terbilang berat kata mufakat itu muncul, walaupan pada akhirnya melalui pleno 3 para delegasi dari utusan Cabang-Cabang Tuna Asmara menetapkan dan mengesahkan nama Raisa sebagai wantia yang patut diperjuangkan selanjutnya. Dengan rasionalisasi, bahwa Chelsea Islan dijadikan persiapan sebagai pengganti Raisa jika ditinggal menikah.
Bagi para utusan-utusan tuna asmara, kehadiran Chelsea Islan seolah Tuhan ikut andil dalam perancangan mereka dalam mentukan wanita selanjutnya yang patut diperjuangankan. Sebuah takdir dari langit. Apalagi, kala itu Chelsea Islan sedang ditempa badai masalah seputar kasus video bugil yang mirip dengannya. Melalui fenomena itulah utusan Tuna Asmara mengangkatnya bahwa; Ini adalah suatu kesempatakan bagi mereka melalui pernyataan sikap Pengurus Besar Tuna Asmara menunjukkan bahwa kita adalah jomblo yang anti perbuatan asusila. Bukan malah ikutan streaming atau bahkan sampai mendownload.
Karena kita, kata para tuna asmara, adalah para jomblo-jomblo yang bermartabat. Suatu Kejombloan yang melihat keindahan wanita bukan dari sedekar keindahan lekukan tubuh. Seorang jomblo yang mengerti hak privasi. Sebab tubuh, terutama bagi kalangan wanita, adalah hak preogatif seorang. Apalagi sampai mengungah dan mengunduh vidio bugil tanpa izin pemilik si tubuh adalah pengupayaan merendahkan martabat orang tersebut.
Karena kita, kata para tuna asmara, adalah para jomblo-jomblo yang bermartabat. Suatu Kejombloan yang melihat keindahan wanita bukan dari sedekar keindahan lekukan tubuh. Seorang jomblo yang mengerti hak privasi. Sebab tubuh, terutama bagi kalangan wanita, adalah hak preogatif seorang. Apalagi sampai mengungah dan mengunduh vidio bugil tanpa izin pemilik si tubuh adalah pengupayaan merendahkan martabat orang tersebut.
Cukuplah kita sebagai jomblo beradab, yang melihat aksi keindahan Chelsea Islan melalui perannya di layar kaca, dan melupakan bahwa ia sempat pernah menjadi korban dari orang-orang yang punyai kepribadian tak beradad, meski punya kekasih. Cukuplah bagi kita melihat sikapnya dengan wajah imut dan bete nya saat memarahi Bintang diserial "Tetangga Masa Gitu". Atau membuka website Tokobagus memakai baju hijau.
Wow. Skill nulisnya asik but you've done a pretty nice job to define a married woman less valuable than the single one. Or even make it clear that for you, guys.. woman is just a property that you worship ehen they're perfect enough to be the object of your fantasies. It's disappointing. Keep writing but before write a stuff you better read planty of books and think smart before speak up :)
ReplyDeleteTerimakasih atas sarannya. Semoga bisa lebih baik lagi.
Delete