Sajak Bual: Dua Pilihan
Untukmu yang pernah berada dalam
permainan logika, saat ditanya hanya menjawab “iya”.
Aku tak tahu kenapa aku bertingkah seperti ini. Logikaku selalu lumpuh kalah di dekatmu. Logika yang bermain pada kecocokan itu, tidak sedikitpun terlintas. Aku dan kamu, rasa-rasanya tidak ada cocok-cocoknya.
Yaa... setidaknya itu yang selama
ini kurasakan. Sulit aku terhubung dengan tutur bahasamu. Candaanku pun demikian,
walau kau balas ‘hahaha..’
Anehnya, dari sekian banyak
ketidak-cocokan itu, kenapa hati ini hanya mematri namamu? Luruh dan ringkukku
pun hanya padamu. Beribu kali kumenjauh dan beribu kali pula aku menghindar,
aku masih tetap berhasil kau sedot kembali didekapmu.
Memang susah bila pandangku
dilekatkan pada dirimu. Ruang imajiku pun hanya terisi senyummu: membawaku
terbang ke nirwana bersama syair-syair melankolis, hingga aku tertenun oleh
mozaik cinta begitu puitis. Atau membelah atmosfir berlapis-lapis bersama paus
akrobatis dan membawaku ngebut menuju
rasi bintang paling romantis.
Aishhh... Benar adanya jika
pandangan itu merusak pikiran, imaji dan iman. Tapi kenapa syahwat pandangku
tidak tertuju pada wanita lain? Kenapa warna-warni itu tidak mampu mengisi
ruang imajiku?
Bukannya aku mengutuk kehadiranmu.
Bukan. Hanya menyayangkan kebodohanku. Kebodohan karna telalu sempurna
menangkap gambaranmu hingga relung imajiku sesak dan tak muat disisipi warna
lain.
Tuhan, Kau Maha Kuasa, bukan?
Aliran air laut yang tenang seketika bisa Kau undangkan tsunami. Pun tiada
sulit bagi-Mu menerbitkan matahari dari barat dan terbenam dari sebelah arah
timur, bukan? Sebab itu, kuberi Kau dua pilihan, Tuhan: Hapus dia dari ruang
imajiku sampai tiada sisa. Atau, Kau sambungkan kami dalam segala bentuk dan
ruang.
Comments
Post a Comment