Posts

Showing posts from November, 2017

Menyoal Tubuh

Tubuh adalah penjara/makam jiwa (Platon). Tubuh adalah sebuah mesin (Rene Descartes). Saya hidup dalam tubuh saya. Tubuh adalah siapa saya. Saya adalah saya, sebatas tubuh saya (Jean-Paul Sartre). Disamping pikiran dan perasaan, terdapat Sang Penuntun yang lebih agung,... Ia adalah tubuhmu (Friedrich Nietzsche). Tubuh/yang mulai akrab/dengan saya ini/sebenarnya mayat yang saya pinjam... (sajak "Tubuh Pinjaman", Joko Pinurbo). Menyoal tubuh adalah persoalan yang tak ada habisnya selama kita masih bertubuh dan bersetubuh. Siapa aku? Siapa tubuh ini? Apa aku berkuasa atas tubuh ini? Apa aku dan tubuh ini adalah satu? Atau, aku dan tubuh ini adalah dua entitas berbeda dalam penilaian? Jauh sebelum seorang wanita tanpa busana menerobos area Bandara Internasional Supadio membikin geger Indonesia dan viral media sosial (15/1/2017), Spencer Tunick lebih dahulu membikin geger di New York meski tanpa viral di media sosial.  Kala itu Tunick berhasil mengumpulkan puluhan mode

Sakralnya Selaput Dara Perempuan. Benar, kah?

Image
Malam itu kami membicarakan tentang film: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Topik persoalan yang kami angkat adalah sikap Zainuddin ke Permata-nya: Hayati, yang begitu teramat kejam.“Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang lelaki memakan sisa.” Menyelami perkataan Zainuddin. Lantas saya teringat pada satu kisah dari novel yang dikarang Pramoedya Ananta Toer -Bumi Manusia. Ketika itu, akhirnya Minke bisa mempersunting si Bunga Penutup Abad. Tapi, satu penyelasan muncul ketika di malam pertama saat Ia tahu kalau Ia bukan lelaki pertama yang mereguk buah cinta dari Annelies. Dirundung penyelasan dan kecewa, akhirnya Minke bertanya. “Siapa lelaki itu?” Lainnya, jauh sebelum era reformasi dinahkodai Presiden SBY dan Jokowi. Sayup-sayup pernah aku dengar di televisi tentang berita seorang berisinial FH menceraikan Istrinya hanya berapa hari setelah mereka menikah. Persoalannya begitu pelik kata si FH, di mana sang Istri ternyata sudah tak orisinil. Pernah satu badan lembaga melak

Perkaderan Akhwat: Menunggu Jawaban Kohati

Tahun 2017. Malam itu hari Ahad. Ingat, Ahad bukan Minggu!! Dua orang dari kami yang datang/main ke Yogyakarta, berinisiatif mengadakan reunian kecil-kecilan di kedai kopi, Kebun Laras, demi bersua-sapa melepas kangen menggebu setelah setengah tahun lebih tidak bertemu sejak berakhirnya kepengurusan. Banyak yang kami obrolkan malam itu. Mulai dari kenapa masih pengangguran, kenapa masih belum wisuda, kapan nikah, dan sampai hati menyerempet perihal Kohati. Tapi hal terpenting yang perlu ditekankan terlebih dahulu agar tidak bias dan banyak ditafsirkan yang tidak-tidak oleh para pembaca kenapa perihal Kohati ini sampai jadi topik obrolan hati kami, itu tidak lepas dari keresahan hati bersama mengapa sosok Kohati yang tangguh, berjiwa emansipasi dan berbicara atas prinsip kesetaraan –atau paling tidak berdiri atas kemaunnya sendiri– belum juga muncul ke tengah permukaan perkaderan di HMI. Jujur tidak ada obrolan lain malam itu. Kalaupun ada biarlah itu menjadi rahasia hati kami yang