SIROJUL LUTFI BLOG

Entah harus darimana pula tulisan ini kumulai. Bukan karena saya tidak punya dasar yang kuat untuk memulainya, tapi ya gitu.. saat tulisan ini ditulis dan bahkan sampai dipublis, pasti celutakan tak senonoh seperti orang yang tak pernah ngaji kitab Kuning Ta’lim Muta’alim itu akan nyelutuk heboh dan tak mau kalah dari celetukan burung beo: “Itu hanya tulisan pembelaan aja. Kalau tua, ya tua. Apa enggak pengen cepet lulus apa? Menuh-menuhin kursi kelas aja.” Celutukan seperti itu mah tidak apa meski sedikit panas-dingin didengar. Toh, ada pula celetukan yang lebih parah dan tidak terukur lagi takaran naudzubillah min dzalik nya. Setidaknya itu yang pernah saya dengar di curhatan grup sesama kawan seperjuangan mahasiswa tua. Katanya, “Mbok yo Abang cepet wisuda. Enggak hanya otak yang butuh nutrisi, Bang. ‘Bawahnya’ itu juga butuh.” Nyesek enggak? Jangankan Abang yang mahasiwa tua ini, Abang yang hanya beda satu tingkat di atas kalian pun nyesek dengernya juga bakal bingung mau ja

Sepertinya Tuhan memang bener-bener lupa memberikan kekurangan pada makhluk-Nya yang bernama Dian Sastro. Ini tahun politik, Kawan. Pilkada serentak telah usai. Rampung dan selesai. Tahun depan kita hanya menunggu Pilres. Gonjang-ganjing pembentukan poros ketiga mulai ramai. Anies Baswedan hanyalah satu nama yang digoreng dan digodok sebagai figur ketiga. Tapi...kita jangan sampai melupakan pada satu sosok yang telah melejit beberapa dekade lalu. Dian Sastro. Sosok yang dengan elektabilitasnya membuat pemuda ganteng nan cool bernama Rangga menjomblo selama berpurnama-nama ini tidak usah kita ragukan sebagai alternatif ketiga lainnya. Selusin tahun, Kawan, Rangga dibuat jomblo: maka elektalibitas mana lagi yang kalian dustakan? Dan percayalah, selain kekuatan elektabilitas yang tidak perlu diragukan, dan juga selain senyumnya mampu menenangkan polemik politik identitas yang masih saja menguap dan membuncit, ketika Ia terpilih memimpin Indonesia, niscaya Dian Sastro akan menguba