Posts

Showing posts from December, 2021

Temanku L

Temanku L. Dalam kamar dia menghadap cermin dan memandang diri sendiri. Memperhatikan dan memastikan bahwa dia masih sama. Seperti pada usia ke 23 tahun ketika membuat keputusan besar: berkomitmen tidak menikah. Bertahun-tahun kemudian, pada usia menjajaki angka 30 tahun, saat kami dipertemukan dalam satu janji, tepat setelah beranjak dari hadapan cermin, senyum sumringah begitu tegas tersimpul. Rona merah terpancar. L bahagia. Alih-alih bertanya aku memilih diam, termenung, meresapi dan coba memahami pilihan hidupnya itu. Sampai saat ini. Sebab aku tahu pilihan itu berbuntut problematis dan menuntut konsekuensi logis daripada psikologis semata. Kita mahfum betul itu. Tuduhan traumatis selalu dilekatkan kepadanya. Alih-alih memahami dan mencerna berbagai argumen yang dia dasarkan sebagai dalil tidak menikah. Kubilang ini problematis. Tricky. Alias pelik. Dalam sosio-kebudayaan kita menikah telah menjadi bagian fase hidup. Menikah setara dengan kelahiran dan kematian. Mau tidak mau