Posts

Showing posts with the label Resensi Novel

Satu Paragraf: Don Quixote de la Mancha

Buku bukan saja dapat mengubah dunia. Ia juga dapat membuat pembacanya menjadi gila. Itulah novel Don Quixote. Kisah lelaki paruh baya yang mengimajinasikan dirinya menjadi ksatria demi keinginan absurdnya menumpas kejahatan, karena terobsesi oleh kumpulan hikayat kepahlawanan yang dibaca. Bagaimana kekuatan sebuah buku mampu menghipnotis pembaca: Aku teringat kisah teman saat kami sedang liburan pada suatu sore menepi di pantai dan memandangi dunia yang terdiri dari waktu itu, tiba-tiba punya keinginan gila memotong senja dan mengeratnya menjadi empat sisi demi pacarnya, setelah membaca Sepotong Senja Untuk Pacarku. Atau kisah seorang anak muda yang merupakan novelis pemula pindah ke Paris setelah membaca A Moveable Feast . Ia begitu tergila-gila dengan Paris dan kehidupan kesusastraannya, sebagaimana yang dibayangkannya setelah membaca karya Hemingway itu. Tapi, Don Quixote melampaui dua kisah yang kucontohkan. Don Quixote adalah karakter yang memaksa realitas harus sama dengan imaji...

Satu Paragraf: Layla Majnun

Sebenarnya keinginan membaca karya klasik ini cukup lama. Tapi, tak perlu dikira-kira dengan menghitung jari untuk menerangkan kelamaan tersebut dalam angka tahun, selain karena mendapatkan buku ini memang cukup susah. Bahkan pergi ke toko buku bekaspun tak kunjung dapat. Adalah karena kemajuan zaman, bermodal paket data dan browsing sana-sini, akhirnya keinginan tersebut dapat tertunaikan, dengan ebook. Cukup basa-basinya. Ayok kita mulai! Alkisah, kita dihadapkan pada sebuah penderitaan yang sanggup ditimbulkan oleh cinta yang penuh halangan. Bukan saja pada orang yang mencinta, tapi juga pada orang yang dicinta. Lebih dari itu, penderitaan tersebut menjamur ke orang-orang yang ada di sekitar pencinta dan orang-orang lain yang peduli dan kagum pada sang pencinta dan cinta itu sendiri. Juga kepada mereka yang sama sekali tidak berhubungan dengan pencinta itu secara langsung. Edan, bukan? Dalam pada itu, kisah Laila Majnun merupakan sebuh metafora dari Majnun terhadap Tuhan. Artinya, k...

Pulang, Karya Leila S. CHudori

“Aku ingin pulang ke rumahku, Lintang. Ke sebuah tempat yang paham bau, bangun tubuh, dan jiwaku. Aku ingin ke Karet.” [Kata Dimas Suryo kepada anaknya, Lintang.]   Leila S. Chudori memang dahsyat memainkan emosi pembacanya. Dibuka dengan latar ketika pecahnya prahara G30S–65 (dan ditutup dengan meledaknya demonstrasi 1998), Leila tidak menampilkan sejarah dalam legitimasi benar dan salah, melainkan tentang bagaimana sejarah membentuk kemanusiaan manusia: pada mereka yang dituduh pengkhianat negara dan atau simpatisan Komunis, serta tanggungan dosa turunan bagi anak mereka yang dituduh PKI yang bahkan belum lahir. Peristiwa pecahnya G30S–65 dalam buku sejarah Indonesia memang menjadi sejarah paling kelam sekaligus yang paling kabur. Itulah mengapa secara pribadi, dalam Bincang Buku ini, tidak ingin membahas sejarah dalam benar–salah, melainkan membahas bagaimana Leila memaparkan efek dari sejarah tersebut. Toh, bagaimanapun juga novel tetap karya fiksi. Tapi yang jelas, mela...

Laut Bercerita, Karya Leila S. Chudori

“Baiklah! jika begitu, singkirkan saja manusia, batasi tindakan mereka, suruh mereka untuk diam. Kenapa? Karena kekuasaan lebih penting daripada manusia.”     Cerita yang kelam, pergulatan emosi yang dalam... dan sebuah intimidasi penguasa otoriter yang kejam. Harusnya, sikap seorang manusia adalah menjadi manusia, memahami manusia dan memanusiakan manusia, bukan malah sebaliknya, menindas, mengintimdasi, dan mengaburkan akal budi. Itulah kesan yang saya peroleh ketika membaca ‘Laut Bercerita’. Lagi-lagi, sama seperti novel sebelumnya –Pulang, Leila S. Chudori kembali menyulutkan rasa kemanusiaan dan nasionalisme yang hilang serta kenapa kita harus melawan. Setidaknya, melawan lupa. Mengambil latar waktu sebelum meletupnya era Reformasi, konfilk cerita dimulai ketika Biru Laut (tokoh utama dalam novel ini) disergap oleh empat lelaki tidak dikenal pada suatu senja, di sebuah rumah susun di Jakarta. Bersama kawan-kawannya yang berada dalam satu organisasi (Daniel, Alex dan Sunu...