Satu Paragraf: Absurditas Sartre, Nietzsche dan Camus

Saat kulari ke hutan dan berteriakku seperti tarsan, hutan dan penghuninya hanya asik dengan dirinya sendiri. Saat kulari kepantai dan berteriak “Aku mencintaimu”, hanya deru ombak sebagai jawaban. Manusia menciptakan dirinya sendiri, dunialah yang absurd, bukan kita; dan Jean-Paul Sartre berkata: “Aku tahu ini adalah dunia, Jul. Dunia telanjang ini tiba-tiba saja memunculkan dirinya sendiri. Aku menjadi gusar dengan kehidupan kotor dan absurd ini.” Melalui modus kesadaran ini, Sartre mencoba memberikan pandangan bahwa manusia memiliki makna dalam dirinya sebagai makhluk berpredikat bebas yang menyatu dengan pilihan. Kebebasan adalah pilihan. Manusia sejati adalah ketika pilihan kebebasannya dapat ditentukan tekanan dan intimidasi, dan Friedrich Nietzsche sepakat: “God is dead.” Dari Nietzsche, dimulailah babak baru kehidupan manusia di dunia ini. Sebut saja babak alienasi, yaitu saat manusia mengalami keterasingan dari luar dirinya saat menentukan pilihan. Setiap pilihan, kata Nietzsche, menjadi sesuatu yang tidak menentu. Artinya, manusia tidak bisa mengharapkan balasan apapun dari dunia yang absurd ini terhadap di luar dirinya. Kita, manusia, hanya bisa berharap pada diri kita sendiri, tapi Albert Camus membantah: “Aku sedih. Kamu juga sedih, Jul. Kita semua sama sama sedih atas kenyataan ini. Ternyata, di balik kenyataan bukan hanya dunia yang absurd, kita sebagai manusia juga absurd. Tujuan satu-satunya manusia eksis di dunia ini adalah kematian.” Camus menyebutkan bukan hanya dunia saja yang absurd, kita sebagai manusia juga absurd. Maka, hanya ada satu jalan yang bisa dilakukan oleh manusia untuk mengakhiri absurditas ini, yakni bunuh diri filosofis: sebuah prosesi pembunuhan dengan cara membunuh akal, imaji atau pikiran. Sebab dunia memang tidak dapat kita pikirkan. Sadar akan hal itu, kemudian aku lari lagi ke hutan dan berbelok ke pantai tapi tak lagi berteriak “Aku mencintaimu”, melainkan pasrah betapa sia-sia hidup ini, dan bergumam bahwa “Aku hanyalah sepotong momen pendek dalam dunia absurd ini akibat Roh Mutlak yang haus akan kreatifitas.

Comments

Postingan Populer

Belajar dari Cu Pat Kay: Siluman Babi Yang Dihukum 1000 Kali Penderitaan Cinta

Contoh Membuat TOR yang Baik dan Benar

HMI, Alasan Mengapa Aku Menjadi Bagian darinya

Satu Paragraf: The Star Maker

Pulang, Karya Leila S. CHudori